Skip to main content

Panca Budi Idaman (PBID)

Menjadi market leader di usaha plastik, dengan PBV 1.3, apakah PBID ini menarik untuk investasi?


Panca Budi Grup didirikan oleh Djonny Taslim pada tahun 1979, lalu melantai di Bursa Efek Indonesia sejak 13 Desember 2017. Panca Budi adalah perusahaan terpadu yang memproduksi dan mendistribusi barang plastik kemasan. Kegiatan usaha Perseroan mencakup mulai dari perdagangan biji plastik, produksi plastik kemasan, dan distribusi plastik kemasan baik dalam negeri maupun ekspor.

Perseroan merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang memiliki merek pada produk jadi kantongan plastik.  Merek pertama yang dijual adalah Pluit dan selanjutnya mengembangkan merek-merek lain seperti: Tomat, Bangkuang, Jeruk, Cabe, 222, Wayang, Gapura, Sparta, Liberty, Dayana, PB dan beberapa merek lainnya.

Panca Budi merupakan salah satu perusahaan yang mengurusi dari hulu (pemasokan), sampai ke hilir (distribusi). Pada sektor hulu, pemasokan dipimpin oleh anak perusahaan, yaitu PT Panca Budi Pratama. Sejak 2011, perusahaan melakukan ekspansi dengan membuat perusahaan anak yang mengurusi distribusi, yaitu PT Panca Budi Niaga. Ngomong-ngomong soal distribusi, terdapat 3 jalur distribusi yang dijalankan oleh perusahaan, yaitu: melalui pedagang eceran, melalui pedagang semi grosir, dan juga ke pedagang grosir. Nah karena tujuan perusahaan ini sebagian besar menyasar ke pedagang eceran di pasar tradisional, makanya kebijakan pengurangan plastik tidak terlalu berpengaruh terhadap jalannya bisnis perusahan. Kontribusi pendapatan perusahaan berdasarkan marketnya, yaitu: Pasar Tradisional 86%, Pasar Modern 4%, Industri 5%, dan ekspor 5%. 5% ekspor ini dilakukan ke Inggris, Jerman, Belanda, Spanyol, UAE, Nigeria, AS, Taiwan, dan lainnya melalui PT Polypack Indo Meyer. FYI, perusahaan juga menyuplai plastik di Indomaret, Alfamart, Coca-cola, dan juga Carrefour.

Setidaknya terdapat 3 produk inti yang perusahaan buat, yaitu: PE (Polyethylene), PP (Polypropylene), sama HDPE (High Density Polyethylene). PE ini biasanya dipakai buat plastik kiloannya es batu, minyak, santan, pokoknya yang biasa ada di toko kelontong. Selain itu, PE juga bisa berbentuk trashbag. Sedangkan kalau PP, mirip sama PE, tapi biasanya ukurannya lebih kecil dan diperuntukkan untuk kue kue basah. Nah HDPE ini seperti kantong plastik kresek yang biasa kita pakai dimana-mana, atau seperti gulungan plastik fotokopi, atau yang biasa kita liat di giant, carrefour, dsb.

Mengenai pabriknya, terdapat 7 pabrik di beberapa kota, 5 diantaranya terdapat di Banten, 1 di Jawa Tengah, dan 1 lagi berada di Kota Medan. Pada 27 maret 2018 lalu, perusahaan membeli pabrik di daerah Johor Baru, Malaysia, seharga 5,5 juta Ringgit Malaysia. Ukuran pabrik yang dibeli tersebut yaitu 1,214 Hektar. Pabrik ini digunakan untuk menambah kapasitas produksi yang sampai 2017 saja
sudah terutilisasi sebesar 90%.

Salah satu kelebihan dari perusahaan yaitu terletak pada merk plastiknya, yaitu Tomat dan Wayang. Merk tersebut disebut sebagai best brand sejak 2009 dan 2010. Selain itu, pada 2016, kedua merk tersebut dianugerahi Platinum Best Brands Award. Selain kedua merk tersebut, seperti yang disebutkan di awal, perusahaan ini memiliki banyak brand yang beda kualitasnya. Jadi, perusahaan menjual lebih mahal daripada kompetitor untuk produk-produk premium. Menjual rata-rata harga yang sama dengan kompetitor lainm dan menjual dengan discount untuk produk yang kurang unggul, sehingga semua lingkup tercover oleh perusahaan.


Struktur Kepemilikan
Per akhir Maret 2019, pada struktur kepemilikan, foundernya, Djonny Taslim, memiliki sekitar 8,36% saham perusahaan. Hal itu terbilang bagus karena pemilik juga memiliki kepemilikan di perusahaan ini, yang berarti pemiliknya sendiri yakin dengan perusahaannya. Publik hanya memiliki sekitar 16,97% saham. Sisanya dimiliki secara mayoritas oleh PT Alphen International Corporindo. PT Alphen ini juga dimiliki sama keluarga Taslim.


Laporan Keuangan
Pada perusahaan ini, penulis tidak melihat banyak keanehan dalam laporan keuangannya. Pada tahun 2018, dari total laba kotor sebesar 619 M, kontribusi dari masing-masing segmen yaitu sebagai berikut:
- Biji Plastik: 80 M;
- Kantong Plastik: 488 M;
- Lain-lain: 51 M.

Kemudian, dilihat dari neracanya, perusahaan ini bisa dibilang sehat karena tidak memiliki obligasi. Walau pada tahun 2018 ini utang bank dan utang usaha meningkat cukup signifikan, menurut penulis hal ini tidak terlalu berpengaruh, dikarenakan utang bank digunakan untuk modal usaha, dan utang usaha berasal dari impor ke chevron, marubeni, dan petronas. Selain itu, jika diliat dari quick ratio nya, masih bisa dibilang sangat aman dengan rasio sebesar 238%.

Salah satu hal yang mengganjal penulis pada laporan keuangan FY ini adalah adanya reklasifikasi akun. Penulis sendiri masih belum mengerti apakah maksud dari adanya reklasifikasi akun yang dilakukan untuk LK FY 2017 nya. Selain itu, terdapat arus kas keluar dari aktivitas investasi yang keluar dari pos overdraft, nah overdraft ini merupakan salah satu bagian dari utang bank. Untuk apakah perusahaan ini menggunakan overdraft? Berapakah tingkat bunga dari pinjaman overdraft?Hal-hal ini masih penulis coba cari tau melalui email kepada corsec perusahaan.

Target pendapatan perusahaan saat pubex tahun 2018 yang dilaksanakan pada sekitar bulan Agustus dan September, perusahaan menargetkan di 2018 akan meningkat sekitar kurang lebih 12 persen. Di Laporan Keuangan Full Year 2018, penjualan naik 24,7%, sedangkan laba tahun berjalan naik 29%.


Prospek
Indonesia masih menempati salah satu negara dengan tingkat konsumsi plastik terendah di ASEAN (Sumber: Pubex 2018). Selain itu, plastik merupakan barang sehari-hari, jadi selalu digunakan oleh masyarakat. Di pasar tradisional, plastik masih menjadi barang yang digunakan untuk membawa barang belanjaan. Dan juga, belum adanya subtitusi dari kantong plastik yang memiliki cost sama dengan plastik (Seperti eco-friendly bags, itu harganya masih jauh diatas plastik biasa), membuat pedagang eceran masih melihat keberadaan substitusi dari plastik di pasar tradisional.
Selain itu, dengan posisi perusahaan sebagai market leader, perusahaan masih bisa berkembang lebih jauh, bahkan saat ini sedang akuisisi pabrik di malaysia dan juga membuat gudang baru di Solo. Perusahaan juga ekspansi pabrik di jawa tengah, tepatnya di daerah Pamulang.

Jadi, dengan brand yang cukup kuat dan lini usaha yang kuat, menurut penulis perusahaan ini termasuk salah satu perusahaan yang undervalued dengan PBV "hanya" 1,3. Bagaimana menurut kalian?

Happy Investing!

Comments

Popular posts from this blog

Alam Sutera Realty (ASRI)

ASRI bukanlah perusahaan kecil yang baru berkecimpung di sektor properti. Sudah berkecimpung sejak tahun 1993, tentunya Alam Sutera ini memiliki segudang pengalaman yang tidak diragukan lagi. Per tanggal 22 Februari 2019, ASRI memiliki PER 7,7 dan PBV 0,7 di harga 328. Menarik? Selayang Pandang ASRI  Disadur dari Annual Report 2017, ASRI didirikan pada 3 November 1993 oleh Harjanto Tirtohadiguno beserta keluarga, dengan nama PT Adhihutama Manunggal. Nama tersebut kemudian berubah menjadi PT Alam Sutera Realty pada 19 September 2007. Kegiatan usaha ASRI berfokus pada bidang pembangunan serta pengelolaan perumahan; kawasan komersial; serta pengelolaan pusat perbelanjaan dan area rekreasi (pengembangan kawasan terpadu).

Betonjaya Manunggal (BTON)

Memiliki PER 5,4 dan PBV 1,1 per 1 Maret 2019, apakah BTON menarik untuk investasi? Didirikan pada tanggal 27 Februari 1995, PT Betonjaya Manunggal, Tbk. (Kode Emiten BTON) mulai beroperasi secara komersial pada bulan Mei 1996. Kantor Pusat dan pabrik terletak di Jl. Raya Krikilan No. 434 Km. 28 Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. BTON adalah produsen besi beton di Indonesia dengan produk meliputi besi beton polos berukuran mulai 6 mm sampai dengan 12 mm dengan total kapasitas terpasang 45.000 ton beton per tahun. Berdasarkan public expose pada tahun 2018, susunan kepemilikan saham BTON mayoritas dimiliki oleh para direktur BTON: Gwie Gunawan (Direktur utama) sebesar 79,86% dan Jenny Tanujaya (Direktur keuangan) sebesar 9,58%. Sisanya dimiliki oleh publik (dengan kepemilikan dibawah 5%) sebesar 10,56% Let's keep this straight . Tidak banyak yang penulis dapat ulik dari website BTON, jadi kita langsung cek ke laporan keuangannya. Apabila kita lihat sekilas